Walau terkesan sederhana, frekuensi buang air besar sering kali membuat sebagian orang merasa pusing, berapa kali sih frekuensi BAB yang normal itu?
Buang air besar merupakan bagian dari sistem pebuangan tubuh, dimana akan dikeluarkan feses atau kotoran yang mengandung sisa pencernaan dari saluran gastrointestinal Anda. Pencernaan akan bermula di mulut saat Anda mengunyah makanan, serta berakhir pasa usus besar (bagian bawah saluran pencernaan Anda).
Saat makanan yang Anda konsumsi mencapai akhir dari saluran pencernaan, sisa air dan garam akan kembali di serap tubuh, sementara sisanya akan memadat serta keluar dari tubuh sebagai feses.
Frekuensi BAB sering kali membuat sebagian orang khawatir, trauma, karena ada anggapan bahwa jumlah tertentu merupakan frekuensi yang normal, karena itulah, jika frekuensi BAB Anda berbeda-beda, akan muncul rasa waswas bahwa ada sesuatu yang abnormal dengan saluran pencernaan Anda.
Banyak faktor yang mempengaruhi frekuensi BAB
Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi frekuensi buang air besar, konsistensi, serta penampilan feses yang dikeluarkan. Yang paling berpengaruh adalah pola makan. Konsumsi serat, misalnya buah, sayur, atau biji-bijian, dapat membantu memadatkan kotoran serta memperlancar buang air besar. Selain itu, konsumsi cairan yang membantu kotoran menjadi lebih lunak serta mudah dikeluarkan juga berpengaruh.
Selain pola makan, ternyata usia juga dapat mempengaruhi BAB, semakin tua seseorang maka lebih mungkin muncul sembelit akibat berkurangnya gerakan saluran pencernaan, berkurangnya aktivitas, serta konsumsi obat-obatan yang dapat mengganggu buang air besar.
Seperti disebutkan sebelumnya,aktivitas fisik Anda dapat mempengaruhi buang air besar. Dengan menjaga tubuh tetap aktif, membantu gerakan peristaltis dalam saluran pencernaan sehingga memperlancar BAB.
Gerakan peristaltis adalah gerakan usus yang membantu mendorong makanan sepanjang saluran pencernaan.
Adanya penyakit, baik akut maupun kronis, juga dapat mempengaruhi frekunesi BAB. Misalnya, adanya IBD, dapat menyebabkan peningkatan frekuensi BAB yang diikuti sembelit.
Yang menarik, faktor spikis juga dapat mempengaruhi BAB. Jika Anda stress, misalnya dapat timbul spasme dari usus besar yang menyebabkan kotoran menjadi keras serta sulit dikeluarkan. Kebiasaan BAB Anda, misalnya saja kebiasaan menahan BAB, juga dapat menyebabkan sembelit.
Tidak ada frekuensi BAB yang normal
Jadi, berbagai faktor di atas dapat menyebabkan perbedaan pada frekuensi BAB. Sebenarnya, tidak ada suatu angka yang normal untuk buang air besar. Karena itu, menilai BAB normal atau tidak sebaiknya dibandingkan dengan kebiasaan BAB Anda sehari-hari.
Terdapat suatu rentang frekuensi BAB yang umum dialami orang-orang. Menurut para ahli frekuensi BAB 1-3 kali per hari hingga tiga kali perminggu sering kali dialami oleh seseorang. BAB yang lebih sering menandakan diare, sementara BAB yang lebih jarang menandakan konstipasi atau sembelit.
Selain frekuensi, penampilan fases Anda juga bisa menjadi penanda apakah BAB normal atau tidak, BAB yang normal biasanya lunak, tidak sulit dikeluarkan, serta berbentuk memanjang seperti sosis atau bulat (karena mengikuti bantuk saluran pencernaan).
Dengan begitu pada dasarnya tidak ada frekuensi yang ideal untuk BAB, selama BAB Anda sesuai kebiasaan, mudah dikeluarkan, serta tidak keras, umumnya menandakan tidak ada masalah dalam BAB Anda. Agar BAB selalu lancar, perbanyaklah konsumsi serat dan minum air putih, serta aktif bergerak.